Folklor: Pengertian, Ciri-Ciri, Fungsi, Dan Contohnya
Folklor adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun melalui lisan, gerak isyarat, atau alat bantu pengingat (mnemonic device). Folklor mencakup berbagai macam bentuk ekspresi budaya, seperti cerita rakyat, mitos, legenda, dongeng, upacara adat, kepercayaan, musik, tarian, permainan tradisional, seni kerajinan, arsitektur tradisional, dan lain sebagainya. Istilah "folklor" sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu "folk" yang berarti rakyat atau masyarakat, dan "lore" yang berarti pengetahuan atau tradisi. Jadi, secara sederhana, folklor dapat diartikan sebagai pengetahuan atau tradisi yang dimiliki oleh suatu masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun.
Pengertian Folklor Menurut Para Ahli
Untuk memahami lebih dalam mengenai apa itu folklor, berikut adalah beberapa pengertian folklor menurut para ahli:
- James Danandjaja: Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa pun, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).
 - Alan Dundes: Folklor adalah segala sesuatu yang diciptakan dan disebarluaskan secara lisan atau melalui contoh, dan menjadi milik bersama suatu kelompok tertentu.
 - William R. Bascom: Folklor adalah bagian dari kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui contoh gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
 
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa folklor memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu:
- Diwariskan secara turun-temurun: Folklor tidak dituliskan, melainkan disampaikan dari mulut ke mulut atau melalui praktik-praktik tradisional dari generasi ke generasi. Proses pewarisan ini memungkinkan terjadinya variasi dan adaptasi sesuai dengan konteks sosial dan budaya setempat.
 - Bersifat kolektif: Folklor bukan milik individu, melainkan milik bersama suatu kelompok masyarakat. Artinya, folklor mencerminkan nilai-nilai, norma-norma, dan pandangan hidup yang dianut oleh masyarakat tersebut.
 - Memiliki variasi: Meskipun diwariskan secara turun-temurun, folklor tidak bersifat statis. Seiring dengan berjalannya waktu dan perpindahan geografis, folklor dapat mengalami perubahan dan variasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. Variasi ini justru memperkaya khazanah folklor dan menjadikannya tetap relevan dengan perkembangan zaman.
 - Anonim: Pencipta asli folklor biasanya tidak diketahui. Hal ini karena folklor merupakan hasil karya kolektif yang telah mengalami proses adaptasi dan modifikasi dari berbagai individu dan generasi.
 - Polos dan sederhana: Folklor umumnya menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Hal ini bertujuan agar folklor dapat dengan mudah diterima dan diinternalisasi oleh seluruh anggota masyarakat, tanpa memandang usia, pendidikan, atau status sosial.
 
Ciri-Ciri Folklor
Secara lebih rinci, folklor memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Penyebaran dan Pewarisan Lisan: Ini adalah ciri utama folklor. Informasi, cerita, dan tradisi ditransmisikan dari generasi ke generasi melalui ucapan, nyanyian, dan pertunjukan. Ini memungkinkan fleksibilitas dan adaptasi dalam cerita dan praktik, tetapi juga rentan terhadap perubahan dan kehilangan.
 - Bersifat Tradisional: Folklor sangat terikat pada tradisi dan kebiasaan masyarakat. Ia mencerminkan nilai-nilai, norma, dan pandangan dunia yang telah diwariskan dari generasi sebelumnya. Tradisi ini memberikan identitas dan rasa memiliki bagi anggota komunitas.
 - Anonimitas: Seringkali, pencipta asli folklor tidak diketahui atau dilupakan seiring waktu. Cerita, lagu, dan praktik menjadi milik bersama komunitas dan terus berkembang melalui kontribusi banyak orang.
 - Kepemilikan Kolektif: Folklor adalah milik bersama suatu komunitas atau kelompok. Ia mencerminkan identitas dan pengalaman bersama, dan berfungsi sebagai alat untuk memperkuat solidaritas sosial.
 - Variasi: Folklor sering kali hadir dalam berbagai versi yang berbeda. Cerita dapat diubah, diperbarui, atau diadaptasi untuk mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat setempat. Variasi ini mencerminkan sifat dinamis dan adaptif dari folklor.
 - Fungsi Sosial: Folklor memiliki berbagai fungsi sosial, termasuk menghibur, mendidik, menyampaikan nilai-nilai moral, dan memperkuat identitas budaya. Ia juga dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena alam, memberikan legitimasi pada kekuasaan, atau memprotes ketidakadilan.
 - Pola yang Baku: Walaupun ada variasi, folklor sering kali mengikuti pola atau struktur yang baku. Misalnya, cerita rakyat sering kali memiliki alur yang dapat diprediksi, karakter yang stereotipikal, dan pesan moral yang jelas. Pola ini membantu memastikan bahwa cerita mudah diingat dan dipahami.
 - Bersifat Primitif: Folklor sering kali mencerminkan cara berpikir dan pandangan dunia masyarakat tradisional. Ia mungkin mengandung unsur-unsur magis, supernatural, atau animistik yang tidak sesuai dengan pandangan ilmiah modern. Namun, unsur-unsur ini penting untuk memahami konteks budaya dan sejarah folklor.
 
Fungsi Folklor
Folklor memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakat, di antaranya:
- Sebagai Sistem Proyeksi: Folklor dapat digunakan sebagai sarana untuk memproyeksikan keinginan, harapan, dan kecemasan masyarakat. Melalui cerita, mitos, dan legenda, masyarakat dapat mengekspresikan hal-hal yang sulit diungkapkan secara langsung.
 - Alat Pengesahan Kebudayaan: Folklor dapat digunakan untuk mengesahkan atau melegitimasi norma-norma, nilai-nilai, dan institusi sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya, mitos tentang asal-usul suatu kerajaan dapat digunakan untuk memperkuat kekuasaan raja.
 - Alat Pendidikan: Folklor dapat digunakan sebagai sarana untuk mendidik anak-anak tentang nilai-nilai moral, adat istiadat, dan sejarah masyarakat. Cerita rakyat, dongeng, dan peribahasa sering kali mengandung pesan-pesan moral yang penting untuk pembentukan karakter.
 - Alat Pengendali Sosial: Folklor dapat digunakan untuk mengendalikan perilaku anggota masyarakat. Melalui cerita-cerita yang menakutkan atau memalukan, masyarakat dapat mencegah orang untuk melakukan tindakan-tindakan yang dianggap tidak pantas.
 
Selain fungsi-fungsi di atas, folklor juga dapat berfungsi sebagai sarana hiburan, pelestarian sejarah, dan penguat identitas budaya.
Bentuk-Bentuk Folklor
Folklor memiliki berbagai macam bentuk, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama:
- Folklor Lisan (Verbal Folklore): Ini adalah bentuk folklor yang paling umum dan mencakup berbagai jenis ekspresi lisan, seperti:
- Cerita Rakyat (Folktales): Cerita yang diturunkan dari mulut ke mulut dan sering kali mengandung unsur-unsur fantasi dan moral. Contohnya: Timun Mas, Bawang Merah dan Bawang Putih, Sangkuriang.
 - Mitos (Myths): Cerita yang dianggap benar oleh masyarakat dan sering kali berkaitan dengan asal-usul alam semesta, dewa-dewi, atau pahlawan. Contohnya: Mitos tentang Nyi Roro Kidul, Mitos tentang Gunung Tangkuban Perahu.
 - Legenda (Legends): Cerita yang dianggap sebagai sejarah oleh masyarakat, tetapi sering kali mengandung unsur-unsur yang dilebih-lebihkan atau fantastis. Contohnya: Legenda tentang Roro Jonggrang, Legenda tentang asal-usul nama suatu tempat.
 - Dongeng (Fairy Tales): Cerita fiksi yang ditujukan untuk menghibur dan mendidik anak-anak. Contohnya: Cinderella, Snow White, Little Red Riding Hood.
 - Peribahasa (Proverbs): Ungkapan tradisional yang mengandung nasihat atau kebijaksanaan. Contohnya: Ada gula ada semut, Air beriak tanda tak dalam, Tong kosong nyaring bunyinya.
 - Teka-teki (Riddles): Pertanyaan atau pernyataan yang memerlukan jawaban yang cerdas atau kreatif. Contohnya: Kalau berjalan selalu di atas, tapi tidak pernah sampai? (Jawaban: Sandal).
 - Puisi Rakyat (Folk Poetry): Bentuk puisi tradisional yang biasanya dinyanyikan atau diucapkan dalam acara-acara tertentu. Contohnya: Pantun, Gurindam, Syair.
 
 - Folklor Sebagian Lisan (Partly Verbal Folklore): Ini adalah bentuk folklor yang melibatkan kombinasi antara unsur lisan dan unsur non-lisan, seperti:
- Kepercayaan Rakyat (Folk Beliefs): Kepercayaan tradisional yang berkaitan dengan hal-hal gaib, ramalan, atau nasib. Contohnya: Kepercayaan tentang pamali, Kepercayaan tentang hari baik dan hari buruk.
 - Upacara Adat (Rituals): Serangkaian tindakan simbolis yang dilakukan secara teratur dalam suatu masyarakat. Contohnya: Upacara pernikahan, Upacara pemakaman, Upacara panen.
 - Musik Rakyat (Folk Music): Musik tradisional yang dimainkan dan dinyanyikan oleh masyarakat. Contohnya: Gamelan, Angklung, Sasando.
 - Tarian Rakyat (Folk Dance): Tarian tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dalam acara-acara tertentu. Contohnya: Tari Saman, Tari Pendet, Tari Jaipong.
 - Drama Rakyat (Folk Drama): Pertunjukan teater tradisional yang melibatkan unsur-unsur humor, musik, dan tarian. Contohnya: Lenong, Ludruk, Ketoprak.
 
 - Folklor Bukan Lisan (Non-Verbal Folklore): Ini adalah bentuk folklor yang tidak melibatkan unsur lisan, tetapi diwariskan melalui praktik-praktik tradisional, seperti:
- Arsitektur Tradisional (Traditional Architecture): Bentuk bangunan yang khas dari suatu daerah dan mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat setempat. Contohnya: Rumah Gadang, Rumah Joglo, Rumah Honai.
 - Seni Kerajinan Tangan (Handicrafts): Benda-benda yang dibuat dengan tangan menggunakan teknik-teknik tradisional. Contohnya: Batik, Tenun, Ukiran kayu.
 - Pakaian Adat (Traditional Clothing): Pakaian yang dikenakan dalam acara-acara tertentu dan mencerminkan identitas budaya masyarakat setempat. Contohnya: Kebaya, Ulos, Songket.
 - Makanan Tradisional (Traditional Food): Makanan yang diolah dengan resep dan cara tradisional dan menjadi ciri khas suatu daerah. Contohnya: Rendang, Gudeg, Pempek.
 - Permainan Tradisional (Traditional Games): Permainan yang dimainkan oleh anak-anak atau orang dewasa menggunakan aturan dan alat-alat sederhana. Contohnya: Congklak, Gasing, Layang-layang.
 
 
Contoh Folklor di Indonesia
Indonesia kaya akan berbagai macam bentuk folklor. Berikut adalah beberapa contoh folklor yang populer di Indonesia:
- Cerita Rakyat:
- Timun Mas (Jawa Tengah)
 - Bawang Merah dan Bawang Putih (Sumatera Utara)
 - Sangkuriang (Jawa Barat)
 - Malin Kundang (Sumatera Barat)
 
 - Mitos:
- Nyi Roro Kidul (Jawa)
 - Gunung Tangkuban Perahu (Jawa Barat)
 
 - Legenda:
- Roro Jonggrang (Jawa Tengah)
 - Asal-usul nama Surabaya (Jawa Timur)
 
 - Upacara Adat:
- Sekaten (Yogyakarta)
 - Kasada (Tengger)
 - Ngaben (Bali)
 
 - Musik Rakyat:
- Gamelan (Jawa dan Bali)
 - Angklung (Jawa Barat)
 - Sasando (NTT)
 
 - Tarian Rakyat:
- Tari Saman (Aceh)
 - Tari Pendet (Bali)
 - Tari Jaipong (Jawa Barat)
 
 
Kesimpulan
Folklor merupakan bagian penting dari kebudayaan suatu masyarakat. Ia mencerminkan nilai-nilai, norma-norma, dan pandangan hidup yang dianut oleh masyarakat tersebut. Folklor memiliki berbagai fungsi, seperti sebagai sistem proyeksi, alat pengesahan kebudayaan, alat pendidikan, dan alat pengendali sosial. Dengan memahami dan melestarikan folklor, kita dapat menjaga identitas budaya kita dan mewariskannya kepada generasi mendatang. Jadi, guys, jangan lupakan cerita-cerita kakek nenek kita, karena di sanalah harta karun budaya kita tersembunyi! Mari kita lestarikan folklor Indonesia!